FAO Serukan Pengawasan Ketat Flu Burung di Indonesia

Media Satu Kaltim

MEDIASATUKALTIM.COM – Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) pada hari Kamis (25/7) meminta tindakan cepat dan terkoordinasi untuk menangani peningkatan kasus flu burung pada manusia dan hewan di seluruh Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia. Virus H5N1 telah menyebar lebih luas dari sebelumnya, mencapai Amerika Selatan dan Antartika serta menginfeksi berbagai spesies hewan liar dan domestik, menimbulkan kekhawatiran akan potensi pandemi.

Sejak akhir 2023, FAO mencatat peningkatan kasus flu burung pada manusia serta penyebaran virus ke spesies hewan baru. “Kemunculan strain A/H5N1 baru, yang lebih mudah menular, meningkatkan ancaman pandemi. Langkah-langkah pencegahan yang segera dan terkoordinasi sangat penting,” kata Kachen Wongsathapornchai, manajer regional Pusat Darurat FAO untuk Penyakit Hewan Transboundary.

FAO melaporkan 13 infeksi manusia baru di Kamboja sejak akhir 2023, serta kasus tambahan di China dan Vietnam. Wilayah Mekong Besar, termasuk Indonesia dan Filipina, menghadapi pengawasan lebih ketat karena lanskap ekologis yang beragam dan langkah-langkah biosekuriti yang terbatas. India, Nepal, dan Bangladesh juga sedang memerangi wabah. Sementara itu, Thailand dan Myanmar, bagian dari wilayah Mekong Besar, tidak melaporkan wabah dalam beberapa tahun terakhir.

FAO mendesak negara-negara anggotanya, terutama Indonesia, untuk bekerja sama menerapkan sistem pengawasan yang komprehensif, termasuk pengurutan genom penuh, untuk melacak penyebaran dan evolusi virus. Organisasi ini juga meminta pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta untuk berbagi informasi secara transparan, serta menekankan pentingnya industri unggas untuk memperkuat langkah-langkah biosafety.

Flu burung menyebar ke hewan ternak dari burung liar. Strain H5N1 dari flu burung telah menyebar ke seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, membunuh miliaran burung yang dipelihara dan liar serta menyebar ke puluhan spesies mamalia. Australia, yang sedang menghadapi tiga wabah flu burung secara bersamaan, melaporkan kasus H5N1 pada manusia pada bulan Mei. Awal tahun ini, seorang wanita China meninggal akibat subtipe H3N8 yang langka dari flu burung, kematian pertama di dunia akibat strain tersebut.

Para ilmuwan yang melacak penyebaran flu burung semakin khawatir bahwa kesenjangan dalam pengawasan dapat membuat mereka tertinggal dalam menghadapi pandemi baru, menurut wawancara Reuters dengan lebih dari selusin pakar penyakit terkemuka.

Bagikan

Tags

Berita Terkait