Kurs Rupiah di Google Tembus Rp8.170 per Dolar AS, Benarkah Rupiah Menguat Drastis?  

Admin

JAKARTA.MEDIASATUKALTIM  – Warganet dikejutkan dengan informasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang ditampilkan oleh laman pencarian Google. 

Pada Sabtu (1/2/2025) pukul 19.20 WITA, Google menampilkan kurs rupiah menguat tajam hingga Rp8.170 per dolar AS. Angka ini jauh dari data resmi yang menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp16.300 per dolar AS.  

Perbedaan mencolok ini sontak memicu kehebohan di dunia maya. Banyak pengguna media sosial mempertanyakan apakah benar rupiah mengalami penguatan signifikan atau sekadar kesalahan sistem. 

Informasi tersebut dengan cepat menyebar melalui berbagai grup WhatsApp (WAG) dan media sosial, termasuk platform X (sebelumnya Twitter), dengan banyak pengguna yang meragukan keabsahannya.  

Berdasarkan data perdagangan terakhir pada Jumat (31/1/2025), rupiah justru mengalami pelemahan sebesar 40 poin atau 0,25 persen ke level Rp16.297 per dolar AS. Bahkan, pada Sabtu (1/2/2025), nilai tukar rupiah masih berada di tren melemah dengan turun 48,5 poin atau 0,30 persen menjadi Rp16.304 per dolar AS.  

Selain itu, menurut informasi dari Bank Indonesia, kurs jual rupiah terhadap dolar AS berada di Rp16.340,30, sedangkan kurs beli tercatat pada Rp16.177,70 per dolar AS. Dengan demikian, angka yang muncul di Google sangat jauh dari kenyataan yang dilaporkan oleh otoritas keuangan resmi.  

Perbedaan ini semakin mencurigakan karena tidak ada faktor fundamental yang dapat menjelaskan lonjakan rupiah hingga Rp8.170 per dolar AS dalam waktu singkat. Biasanya, pergerakan mata uang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro, kebijakan moneter, serta sentimen pasar global.  

Kemunculan angka yang tidak wajar ini menimbulkan berbagai spekulasi di kalangan masyarakat dan analis keuangan. Beberapa pihak menduga bahwa Google mengalami kesalahan teknis dalam menampilkan nilai tukar rupiah. 

Kesalahan serupa pernah terjadi sebelumnya pada beberapa mata uang di berbagai negara akibat gangguan sistem algoritma pencarian atau data yang tidak diperbarui secara akurat.  

Namun, ada pula yang berspekulasi bahwa angka ini muncul akibat kesalahan input data dari sumber yang digunakan oleh Google untuk menampilkan nilai tukar mata uang. 

Google sendiri biasanya mengambil data dari penyedia informasi keuangan seperti Morningstar atau XE.com, sehingga ada kemungkinan terjadi ketidaksesuaian antara data yang ditampilkan dengan kondisi pasar sebenarnya.  

Hingga saat ini, pihak Google belum memberikan pernyataan resmi terkait perbedaan kurs yang muncul di laman pencarian mereka. Sementara itu, Bank Indonesia dan otoritas keuangan lainnya juga belum mengomentari fenomena ini.  

Bagikan

Tags

Berita Terkait